Pernahkah kamu berpikir bahwa suatu saat dalam hidupmu kamu nggak akan mampu mencintai seseorang lagi...
Saya nggak pernah berpikiran seperti itu karena saya tahu cinta itu anugerah terindah Tuhan untuk kita manusia bisa berbagi bersama, hidup bersama, saling menyayangi dan mengasihi...
Namun, apakah pernah dalam hidupmu merasa bahwa cinta yang dulu kamu puja-puja, yang kamu pikir mampu menyelamatkanmu dari segala sakit hati dan penderitaan tiba-tiba seperti bumerang, pergi kemudian berbalik menyerang diri dan hatimu...
Satu hal yang kamu ingat hanyalah...cinta itu menyerangmu...menyakitimu...bahkan hampir membunuhmu...
Ya, saya merasakan itu...merasakan betapa cinta tiba-tiba berubah akibat perbuatan manusia itu sendiri...
Cinta yang pada akhirnya membawa saya selama tiga tahun terakhir ini mencari arti keberadaannya...Mencari arti bahwa sebenarnya cinta tak pernah menyakiti...
Kemarin saya sakit hati, begitu dalam, begitu perih...meninggalkan seseorang dengan keputusan yang begitu tergesa-gesa dan menyadari bahwa orang itu seolah tak pernah mencintaimu lagi adalah pengalaman terpahit saya. Ditambah saat itu saya menyadari saya begitu kehilangan. Saya juga begitu sakit hati menyadari ia yang saya cintai benar-benar tak menunjukkan rasa kehilangannya seperti dulu ia begitu memuja saya. Saat itu saya tahu saya salah. Saya juga tahu dia bersalah walau tidak pernah mengakuinya. Tapi saya belajar tidak menyalahkan siapa-siapa. Yang saya tahu setelah itu saya kehilangan separuh jiwa saya. Separuh hidup dan hati saya. Saya pincang selama hampir tiga tahun ini. Tak ada seorang pun mampu menopang saya. Saya hampir putus asa. Tidak percaya lagi pada keajaiban cinta. Bahkan berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya nggak akan pernah mencintai lagi.
Saya menjadi begitu skeptis. Begitu apatis. Begitu sinis pada kehidupan saya. Semua orang berusaha mengisi kekosongan itu, namun saya tetap kosong. Tetap kehilangan sesuatu dalam diri saya. Sampai suatu hari saya membaca novel tentang seseorang yang juga kehilangan separuh jiwanya. Ia memang terpuruk, namun mau sampai kapan keterpurukan menggerogoti kehidupan kita. Akhirnya, ia bangkit dan mulai berpikir positif. Karena menurut teori hukum tarik-menarik atau the Law of Attraction-nya The Secret bookjika kita ingin bahagia, maka pikirkanlah hal-hal bahagia.
Begitu juga jika ingin dicintai, maka mencintailah. Dan untuk bisa mencintai, maka belajarlah percaya bahwa kita mampu mencintai dan bahwa ada orang yang suatu saat pantas untuk berbagi cinta dengan kita. Pikirkanlah cinta yang kamu inginkan. Seperti apa bentuknya. Warnanya. Ukurannya. Akan seperti apakah perasaanmu saat cinta itu menghampirimu. Bentuk semua itu dengan jelas dalam pikiranmu. Tanamkan. Dan yakinkan dalam hati. Kalau perlu buatlah sebuah gambar seolah cinta itu memang nyata di hadapanmu. Sama seperti tokoh dalam novel itu, ia menggambar hati merah yang besar. Menyala dan membakar. Seolah itu cinta yang ia inginkan, cinta yang menyala-nyala, membakar gairahnya dan besar, sebesar hati yang ia lukiskan. Dan terbukti ia pun akhirnya menemukan belahan jiwa yang sebenarnya ia cari.
Terinspirasi oleh semangat tokoh itu, saya berusaha bangkit kembali. Apalagi kehidupan saya terus berjalan, saya sudah memasuki dunia kerja. Dunia yang membutuhkan semangat berkobar-kobar yang lebih dari sekedar meratapi bahwa saya too much pathetic of love. Saya mersa sudah saatnya saya membuka diri lagi. Memberikan kesempatan pada orang lain untuk merebut hati saya kembali dan membiarkan Tuhan dan seluruh jagat raya ini memilihkan sosok cinta yang benar-benar membuat saya percaya lagi.
Saya pun mulai menanamkan cinta yang saya inginkan. Kebetulan saya suka warna pink dan sesuatu yang unik dan kreatif. Karena saya pada dasarnya suka kejutan dan kemeriahan dalam setiap momen. Saya menempelkan beberapa tempelan bergambar hati berwarna pink, berhiaskan renda-renda putih manis ditengahnya diseluruh sudut computer dan dinding kubikel kantor saya. Saya membayangkan cinta seperti warna pink, manis, lembut, datang pelan-pelan namun mengejutkan, cinta yang menyejukkan seperti saat melihat warna soft pink. Renda-rendanya saya ibaratkan kehidupan cinta saya yang seperti renda terajut manis, dengan potongan-potongan momen yang berliku-liku namun terajut dengan rapi dan menyejukkan mata dan membuat siapapun terpesona dengan kisah yang ada dibalik rajutan itu. Setidaknya sejauh ini itu yang bisa saya bayangkan.
Ajaibnya, seiring berjalannya waktu, tanpa saya sadari cinta yang saya bayangkan itu datang. Pelan-pelan dimulai dari pertemuan tak terduga saya dengan teman lama saya via YM chat. Dia begitu manis, begitu attraktif, begitu lembut, begitu misterius, begitu hebatnya membuat saya selalu tersenyum-senyum dan tertawa gila saat bebincang dengannya. Dia datang begitu saja, dibarengi dengan pertemuan-pertemuan tak terduga yang akhirnya, setelah tiga bulan, membuahkan sebuah keyakinan bahwa dialah cinta yang sedang saya bayangkan. Persis seperti renda yang saya sebutkan tadi, dia datang dengan tiba-tiba dan penuh kejutan, hingga saat dia akhirnya menyatakan persaanya pun, semua berlangsung di tempat yang tak terduga dan mengejutkan.
Semuanya berlangsung begitu cepat, begitu mengejutkan, hingga akhirnya saya mengiyakan permintaannya untuk menjadi bagian dari jiwanya saat ini. Saya memang belum tahu apakah kami memang jiwa yang terpisah itu. Namun, setidaknya saya hanya ingin menikmati kalau cinta memang tak pernah menyakitkan. Cinta selalu tepat pada posisinya sebagaimana kita memperlakukan cinta itu sendiri.
Cinta membuat saya menyadari bahwa selalu kesempatan untuk kita bangkit dan memperoleh cinta yang lebih besar dari sebelumnya. Saat ini saya hanya ingin bersyukur dan berusaha menjaga cinta itu seutuh mungkin. Saya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama lagi. Biarlah waktu yang menjawab kemana cinta ini berlabuh.
Karena saya yakin tak pernah ada kata salah untuk cinta.
Langganan:
Postingan (Atom)