A Wisdom of The Day

Selasa, 10 Januari 2012

If someone wants you in their life, they'll make room for you.
You shouldn't have to fight for a spot.
Never, ever insist yourself to someone who continously overlooks your worth.
The most painful thing is losing yourself in the process of loving someone too much,
and forgetting that you are special too.
Yes, help others; but help yourself too.
If there was ever a moment to follow your passion and do something that matters to you,
that moments is now...

2011 Reflection

Minggu, 01 Januari 2012

Apa yang kita pikirkan saat mendengar kata Tahun Baru? Pasti yang terbersit pertama kali di pikiran kita adalah segala sesuatu yang baru, sesuatu yang dimulai diawal, atau diawali dengan sesuatu yang lebih baik. Namun, tahun baru sebenarnya bukan hanya sebuah konteks memulai sesuatu yang baru bagi saya. Bagaimana memulai sesuatu yang baru kalau kita tidak punya pengalaman di masa lalu. Untuk beberapa saat saya berpikir bahwa tahun baru seharusnya menjadi ajang melihat masa lalu, mempelajarinya, mensyukurinya, dan mengikhlaskan apa yang telah terjadi di masa tersebut. Di tahun 2011, ada begitu banyak kenangan, pencapaian, kesedihan dan kegembiraan yang lengkap menyelimuti hidup saya. Saya bahkan berpikir bahwa saya tidak ingin meninggalkan tahun ini. Karena di tahun ini saya merasa saya benar-benar hidup, benar-benar jatuh, dan benar-benar bangun kembali dengan segala kekuatan dan keyakinan saya.

Diawali dengan sebuah keyakinan saya untuk memulai tahun baru 2011 dengan membuka diri setelah saya terpuruk selama dua tahun sejak hubungan asmara saya kandas di tahun 2009. Di awal tahun ini, saya benar-benar dipertemukan dengan seseorang yang berhasil membuka mata saya, membuat saya kembali tertawa, membuat saya terkejut dengan segala ide-idenya yang gila dan tentunya dengan cintanya yang tidka pernah bisa saya lukiskan. Pertemuan yang juga diluar dugaan saya bahwa saya dipertemukan oleh Tuhan dengannya melalui dunia maya. Kami mengenal satu sama lain di dunia maya sampai akhirnya kami bertatap muka dan akhirnya meyakinkan diri kami masing-masing untuk menyatukan perasaan kami dalam ikatan. Ada begitu banyak keraguan di hati saya saat pertama kalinya dia meminta saya menjadi kekasihnya, apalagi saya mengenalnya hanya sesaat dan sisanya hanya di dunia maya.

Namun,pelajaran yang bisa saya ambil saat itu adalah waktu tidak akan pernah terulang lagi. Hidup harus terus maju. Meskipun kadang masih dibayangi masa lalu, masa kini adalah jawaban paling pasti tentang apa yang harus kita jalani di masa depan. Di pikiran saya saat itu, saya hanya ingin hidup saya terus maju dan saya ingin di kehidupan masa datang saya ada ‘dia’ dan bukan masa lalu saya. Saya hanya butuh meyakinkan hati saya bahwa inilah jawaban dari semua doa saya. Tuhan pasti punya alasan mengapa Dia mengirimkan sosok seseorang seperti ‘dia’ di hidup saya. Dan rasa syukur akan keputusan saya saat itu terus saya panjatkan hingga saya menulis tulisan di akhir tahun ini. Dia memberi begitu banyak warna dan kejutan dalam hidup saya. Meskipun kami terpisah jarak dan waktu. Pulau dan lautan. Kami tetap pada satu keyakinan bahwa jarak justru menjadi pengikat dan pendekat hubungan kami.

Di tahun ini pula saya memberanikan diri saya untuk kembali menjelajahi indahnya negeri saya Indonesia. Sejak kecil saya mempunyai cita-cita untuk bisa travelling keliling dunia. Saya mengerti mengapa orang tua menganjurkan saya mengikuti organisasi sejak SD agar saya terbiasa hidup mandiri dan berani kemana-mana sendirian. Saya ingat pengalaman camping pertama saya ketika SD mulai dari di depan sekolah, hingga berkemah di bumi perkemahan Cibubur, sampai di hutan belantara saat saya kuliah. Semua itu saya jadikan modal untuk makin membuka diri saya akan dunia terutama Indonesia. Begitu banyak potensi pariwisata yang wajib rasanya saya kunjungi. Bukan hanya sekedar menantang adrenalin saya, tapi saya ingin menanamkan cinta negeri kepada diri saya sendiri. Salah satu motivator terbesar saya adalah kekasih saya saat ini. Saya mengagumi jiwa adventurernya yang tak pernah luntur sejak kecil. Dia selalu menanamkan dalam dirinya bahwa travelling is not about leisure, it’s about the journey itself and he’s done it through backpacking. Bahwa dengan travelling a la bacpkacers sekalipun u can get leisure more than the budget traveller can get and fortunately he’s right!

Melihat pengalamannya yang sudah berkeliling ke beberapa tempat eksotis di Indonesia, saya terpacu untuk melanjutkan perjalanan saya dengan backpacking. Biaya bukanlah soal penting asalkan kita bisa dengan bijak memanfaatkannya dan saya menikmatinya. Sampai penghujung tahun ini saya sudah berhasil menikmati indahnya beberapa dunia bawah laut Indonesia, menantang adrenalin saya di derasnya salah satu sungai lokasi rafting, mengagumi kawah tercantik, mendaki beberapa gunung dan tempat-tempat wisata lainnya. Dan tahun depan saya berjanji, saya akan terus berkeliling Indonesia, terutama menyelami lautannya dan tentunya memijakkan kaki saya ke luar negeri ini untuk pertama kalinya.

Dalam dunia karier saya, tahun ini juga menjadi batu loncatan pertama saya menapaki dunia kerja. Tuhan benar-benar baik hati pada saya memberikan sebuah perusahaan yang mau menerima saya sebegitu kekeluargaanya. Saya bertemu dengan oranng dengan beagam watak dan membuat saya merasa menemukan keluarga kedua saya. Walaupun tekanannya sangat berat, tapi disini saya menemukan pertemanan yang tidak pernah saya temui ditempat kerja saya sebelumnya. Tahun depan saya ingin memberikan karya saya lebih baik lagi untuk perusahaan ini. Bukan hanya karena saya ingin mendapatkan kemajuan dalam jenjang karir saya, namun bagi saya memberikan sesuatu bagi orang lain dan orang tersebut sukses dan bahagia adalah pencapaian terbesar dalam hidup saya.

Kesedihan juga melanda saya di tahun ini, untuk pertama kalinya saya melihat Papa tergolek lemah tak berdaya di rumah sakit. Pertama kalinya saya melihat orang yang selama ini kuat dan galak bahkan tak mampu mengingat nama saya dan adik-adik saya. Sedih. Terpukul. Lebih terpukul daripada kandasnya hubungan saya dua tahun lalu. Papa yang selama ini jauh dari saya dan saya yang jauh diberikan cobaan oleh Tuhan untuk membuat saya sadar bahwa selama ini saya kurang menyayanginya. Saya begitu sadar saya sangat sibuk dengan pekerjaan saya sampai hanya untuk berbincang dengannya pun saya tak sempat. Kejadian ini membuat saya sepenuhnya sadar, suatu saat orang tua pasti akan meninggalkan kita. Sempat tidak sempat satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah berusaha mendekatkan diri kepada beliau dan menyayanginya melebihi apapun. Saya ingat perkataan Raditya Dika di buku terbarunya, ‘Semakin dewasa umur kita, seharusnya semakin membuat kita lebih dekat dengan oarng tua kita.’ Ya, dia benar, semakin dewasa urusan pribadi memang semakin banyak, mandiri memang diperlukan, tapi selama orang tua masih ada, kita tetaplah anak-anaknya, kita tetap butuh mereka dan mereka hanya butuh kehadiran kita di sela-sela kesibukan kita.

Akhirnya, di penghujung tahun ini, saya hanya ingin mensyukuri segala yang telah Tuhan berikan pada saya. Segala kesempatan, kebahagiaan, kesedihan, keraguan, kekecewaan, kedewasaan dan segalanya yang membuat saya lengkap di tahun ini. Harapan saya di tahun depan saya harus bisa jadi lebih banyak dalam mengatur waktu saya terutama untuk orang-orang yang saya cintai, mengatur waktu saya untuk bisa mengunjungi tempat-tempat eksotis di Indonesia dan dunia, terutama Kepulauan Karimun Jawa dan Derawan, saya harus bia mengunjunginya tahun depan. Saya harus bisa terus belajar sabar sambil memantapkan hati dan keyakinan saya pada seseorang yang mendampingi saya saat ini. Karena saya berharap dialah pelabuhan terakhir saya. Saya yakin kalau dia jodoh saya, kalau Tuhan sudah berkehendak, tahun depan pun Tuhan pasti memudahkan jalan saya dan dia untuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Saya juga akan terus mewujudkan karier impian saya untuk menjadi jurnalis keliling dunia. Entah bagaimana caranya, saya hanya yakin saya bisa.

Apapun yang terjadi di tahun depan, saya akan menatapnya dan menjalaninya dengan segenap hati dan keyakinan saya. Selamat Tahun Baru 2012. Semoga Tuhan selalu bersama kita dan menuntun serta memudahkan jalan kita di tahun baru ini.

Are Trying the Knot : Ilona & Ronny's Wedding

Rabu, 07 Desember 2011

I've never thought to travel around someone's wedding, but last week when I attended my colleague's wedding I felt that I was travel back to Victorian era where everything's fancy. This was the first wedding I've ever attended that have an amazing concept. From the bride to the bridesmaid, from the food to the decoration. All PERFECT!

Take a look of these photos. See how a couple should always have their own ways to trying the knot with an unforgettable concept of their wedding.

Congratulation and Happy Wedding for Ilona & Ronny :-)

Exterior decoration in foyer





Interior decoration inside the Ritz Carlton Hotel Ballroom





The Bride and Groom




Best Quotes of the Day

Traveling is a brutality. It forces you to trust strangers and to lose sight of all that familiar comfort of home and friends. You are constantly off balance. Nothing is yours except the essential things – air, sleep, dreams, the sea, the sky – all things tending towards the eternal or what we imagine of it.” – Cesare Pavese

Seberkas Kenangan dari Pulau Bira

Selasa, 06 Desember 2011

Tetes hujan pelan-pelan membasahi perahu kami. Ombak semakin liar menampar setiap sisi perahu tersebut. Langit mulai menunjukkan amarhnya. Hingga gelap menyelimuti. Angin laut menusuk setiap inci kulit kami dan hujan besar pun kemudian mengombang-ambingkan kami di tengah lautan luas. Kami pasrah namun kami menikmatinya.

Tidak ada sedikitpun yang tidak saya dan teman-teman seperjalanan nikmati saat melakukan perjalanan kami Pulau Bira Kecil. Perjalanan yang sudah sekian lama kami rencanakan dan baru terlaksana di akhir tahun 2011 ini. Hari itu tepatnya Sabtu, 19 November 2011, saya dan keenam teman kuliah beserta satu teman satu klub renang memulai perjalanan kami menuju Pulau Harapan, salau satu pulau di Kepulauan Seribu. Kami sudah berkumpul lengkap dengan segala backpack kami di dermaga antar pulau Pelabuhan Muara Angke pukul 06.00 WIB. Buat saya ini perjalanan kedua saya mengunjungi kepulauan seribu, sebelumnya saya pernah menikmati indahnya Pulau Tidung dan pulau sekitarnya. Namun, bagi teman-teman saya inilah perjalanan pertama mereka. Maka tak heran sayalah yang dipercayakan mereka menjadi tour leader dalam trip ini. Sebagai amateur backpacker, saya tetap minta tolong orang lain dalam memudahkan kami mengunjungi pulau-pulau disana. Akhirnya, bertemulah saya dengan seorang Mas Hardi, yang bisa membantu kami berwisata di Pulau Harapan dan sekitarnya.

Pagi itu dermaga Muara Angke tidak terlalu ramai mungkin banyak orang berpikir dua kali untuk menyebrangi laut di musim hujan seperti sekarang ini. Tapi bagi saya dan teman-teman, backpacking is backpacking. No matter what happen, that’s why people called it as backpacking. Jadi, ya dinikmatin aja segala yang bakal terrjadi nanti hehehe...Sekitar pukul 07.00 WIB kami sudah duduk manis di dalam KM Dolphins, kapal yang khusus mengantarkan penumpang menuju Pulau Pramuka, Harapan dan sekitarnya. Kapalnya masih terlihat baru dengan cat putih biru yang masih berbau vernis sangat pekat. Karena dek atas dan tengah sudah penuh, terpaksalah kami duduk di dek paling bawah. It’s still comfortable though. Perjalanan sekitar 2,5 jam kami tempuh sambil setengah jam tidur, setengah jam foto-foto hahaha. Kapal KM Dolphin sendiri mampir dulu ke Pulau Pramuka mengantarkan penumpang yang ingin berlibur disana sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan dan merapat di dermaga Pulau Harapan sekitar pukul 10.30 WIB.


Dermaga Pulau Harapan hanyalah dermaga kecil yang seadanya. Disekitarnya pun laut tidak terlihat terlalu biru. Sepertinya Pulau Harapan memang bukan pulau wisata, hanya pulau singgah. Benar dugaan saya, pulau ini memang pulau padat penduduk yang tidak memiliki tempat wisata. Pulau ini hanya dikhususkan untuk tempat singgah para wisatawan atau backpacker yang ingin berwisata di Pulau Kelapa, Bira, dan sekitarnya, Jadi, anggaplah Pulau Harapan ini hotel tempat wisatawan menginap. Di depan dermaga, kami disambut dengan jembatan semen panjang yang menghubungkan dermaga dan pintu masuk pulau. Di kiri dermaga ada taman bermain dan uniknya saat itu sedang ada perkemahan sabtu-minggu (persami) yang diikuti oleh anak-anak pramuka. Lucu sekali melihat mereka mendirikan tenda di pinggiran pantai. Jadi ingat jaman SD dulu hehehe....



Sejauh mata memandang saya memang hanya melihat pulau yang dipadati dengan rumah-rumah penduduk dengan satu kantor keluharan di dekat gapura pintu masuk Pulau Harapan yang bertuliskan ‘Selamat Datang di Pulau Harapan’. Tepat disamping kantor kelurahan adalah penginapan kami. Wow, nggak nyangka dikasih satu rumah di pinggir laut langsung! Setelah Mas Hardi mengantar kami sampai masuk ke penginapan, kami langsung berbenah sambil menunggu makan siang. Penginapannya hanya sebuah rumah kecil namun bersih dengan dua kamar cukup besar dan satu kamar mandi. Sayang sekali di siang hari tidak ada listrik. Listrik hanya menyala mulai dari jam 7 malam sampai jam 12 siang. Jadi bayangkan betapa panasnya pas kami sampai disana siang hari nan terik listriknya sudah mati. Setelah beberapa menit berbenah, kami kemudian menuju tempat penginapan satu lagi untuk makan siang. Ternyata makan siang tidka diantar ke penginapan kami melainkan kami bergabung dengan grup lain. Saya tidak tahu dengan alasan apa. Cuma mungkin biar tidak menyusahkan warga sekitar sepertinya. Anyway, it’s no problem, kami malah bisa kenalan dengan teman-teman baru apalagi ada dua turis asing satu dari Belanda dan satu Malaysia yang ikut bergabung dengan kami. Satu hal unik yang saya perhatikan dari pemukiman Pulau Harapan sepanjang kami menuju tempat makan adalah di tiap rumah warga terdapat kebun pohon bakau. I mean setiap warga membudidayakan bakau dengan cara menanam di pot-pot kecil di depan rumahnya sebelum akhirnya di tanam di lepas pantai. Wow, it’s great step to save our environment. Mereka sepertinya tahu bahwa laut rawan abrasi, makanya mereka berusaha membudidayakan bakau sehingga bisa menjaga laut mereka tetap aman dan natural.



Setelah puas makan siang dengan lauk ikan bandeng segar bakar nan menggiurkan, kami berganti pakaian untuk melakukan snorkeling. Yay, this is what we wait from the beginning. Sebagai pecinta pantai dan lautan, snorkeling merupakan wujud cinta saya dan teman-teman akan kekayaan laut Indonesia. Kalau sudah naik jam terbangnya nanti, saya dan teman-teman berencana ambil kursus diving aah! Setelah semuanya siap, kami digiring kembali menuju dermaga Pulau Harapan. Disana sudah menanti sebuah perahu kecil yang memuat sekitar dua puluh orang. Walaupun sedikit sederhana, namun perahu tersebut cukup aman membawa kami melaut menuju lokasi snorkeling kami. Cuaca hari itu sangat cerah, panas terik benar-benar menyengat kulit kami. Perahu melaju membelah perairan kepulauan seribu menuju Pulau Kayu Angin. Pulau Kayu Angin adalah sebuah pulau pribadi yang hanya dihuni oleh seorang penjaga villa. Di pulau ini kami mendapatkan pengarahan bagaimana menggunakan perlengkapan snorkeling mulai dari goggles, fins, snorkel, dna life jacket. Standar safety yang utama saat snorkeling sih goggles diusahakan pas dengan ukuran kepala dna talinya harus berada di atas telinga dan selalu gigit snorkel dengan benar biar air laut nggak gampang membuat kita tersedak. Satu pelajaran lagi yang saya baru dapat hari itu adalah, saat goggles berembun, jangan serta merta membuka goggles-nya, cukup menyingsring hidung tapi tidak terlalu keras, jadi nanti udara di goggles akan keluar sendiri dan lensanya nggak berembun lagi, deh!


Setelah selesai pengarahan, semua life jacket telah dipakai (kalau saya pribadi agak tidak suka menggunkaan life jacket, karena tidak bebas berenang di lautnya hehehe, tapi bagi pemula, it’s a must to wear your life jacket!), dan semua peserta telah mendapat goggles dan finnya masing-masing, perahu kembali berjalan menuju spot snorkeling pertama kami yaitu Pulau Genteng Besar. Di pulau ini terumbu karangnya cukup menarik, walaupun memang mayoritas terumbu karang perairan Indonesia Barat apalagi yang air asin seperti Kepulauan Seribu ini berwarna cokelat, namun ada beberapa karang yang berwarna terselip diantara karang cokelat itu lho! It’s amazing melihat mawar laut warna kuning dan merah apalagi ada ikan nemo warna-warni juga. Waaww...I love this country so much! Sekitar 30 menit kami bersnorkeling ria disini. Teman-teman saya yang pemula pun ketagihan untuk eksplor lebih jauh.





Puas menjelajah perairan Pulau Genteng Besar, kami diajak menikmati pasir putih Pulau Bira Kecil. Yay, omongan orang tentang pulau Bira berpasir putih dan berlaut super jernih, biru muda, dan bening benar-benar terbukti! Dari kejauhan saja pasir putihnya terlihat berkilau seperti cahaya berlian. Indah banget! Air lautnya sangat bening dan berwarna biru muda.



Sekitar 30 menit, kami menikmatinya indahnya pulau tak berpenghuni ini. Saya begitu menikmati setiap detik berjemur disini. Menikmati debur ombak menjilati pinggir-pinggir pasir putih. Memandangi birunya langit dan laut. Menikmati setiap tamparan angin laut yang menyapu kulit dan rambut saya. Menikmati ketenangan yang tak pernah saya dapatkan di the city never sleep of Jakarta. Heaven. For sure. Ada pantai dan pulau seindah ini di lokasi yang sangat dekat dengan Jakarta adalah sebuah harta karun. Bahkan bule-bule yang ada satu grup dengan kami begitiu menikmati panasnya matahari dan berjemur beberapa menit lengkap dengan bikini andalannya.





Setelah puas berjemur, bermain pasir, dan tentunya foto-foto bin narsis. Kami diajak kembali mengkesplore lautan menuju spot snorkeling selanjutnya, yaitu Pulau Macan. Pulau Macan merupakan salah satu resort island yang cukup terkenal, untuk menginap semalam disini, silahkan siapkan kocek sebesar Rp.2.000.000 untuk kamar yang standar. However, harga segitu sebenernya nggakmahal kalau bisa terbayar dengan cantiknya pulau dan lautannya. Saya dan teman-teman bisa merasakan sendiri bedanya spot snorkeling disini dan di pulau yang pertama. Disini keanekaragaman terumbu karangnya lebih beragam dan hampir semuanya berwarna. Jarang sekali yang benar-benar cokelat. Ada yang oranye, ungu, bahkan saya menmukan banyak bunga laut warna biru yang cantik! Wow, do I have to say more?!





Waktu terus berjalan, langit mulai berubah warna, arus laut perlahan menampar para snorkeler yang masih asik memandangai indahnya underwater Pulau Macan. Namun, kami diajak kembali pindah tempat ke spot terakhir yaitu Pulau Papatheo. Sayangnya, terumbu karang disini tidka terlalu bagus, lagipula hari sudah makin sore, arus sudah makin deras. Saya sendiri begitu tidak menikmati karena tubuh saya ditampar-tampar arus laut yang menyusahkan saya untuk memandangi terumbu karang. Akhirnya, banyak yang segera naik ke perahu dan hanya beberapa menit sesi snorkeling kami di pulau ini. Perahu pun diarahkan kembali ke Pulau Harapan. Sekitar hampir 1 jam perahu menerjang dinginnya angin laut yang mulai kencang. Menjelang magrib, satu hal yang kami nikmati adalah betapa indahnya sunset dari tengah lautan. Semburat jingganya melukiskan siluet alam yang luar biasa indah. Saya dan hampir seisi perahu terdiam memandanginya. Sungguh indah ciptaan Tuhan dan sungguh beruntung kami semua yang bisa menyaksikan fenomena alam ini dari luasnya lautan Indonesia.



Perahu merapat sekitar pukul 18.15 WIB. Kami langsung menuju penginapan untuk bilas dan mandi. Senangnya karena listrik sudah hidup dan AC pun nyala. Wuah, hawa-hawa ngantuk langsung menyerang kami hehehe. Setelah selesai bersih-bersih, kami makan malam di tempat pertama kali kami makan siang. Dengan menu ikan tongkol dan ikan bawal bakar, kami menikmati malam sambil bercengkarama dengan sesama backpacker lain. Saya sangat takjub saat mendengar cerita, Wendy, backpacker dari Belanda yang begitu membanggakan Indonesia bahkan sampai makanannya. Dia begitu antusias dengan makanan Indonesia yang spicy dan beragam. Saya suka sedih terkadang mendengarnya, seharusnya yang antusias seperti ini orang Indonesianya sendiri, bukan orang asing. Mungkin sudah saatnya kita orang Indonesia bangga dengan pariwisata negeri sendiri, walaupun memang tidak semurah dan semudah bepergian ke Singapura, namun pasti banyak cara untuk tetap menikmati keindahan alam dan wisata negeri Khatulistiwa ini. Kalau bule aja bisa bangga, mengapa kita tida. Tanya kenapa?

Day 2

Di hari kedua ini, kami sempat dibuat bimbang karena dari pagi hujan melanda Pulau Harapan yang artinya perahu tidka diizinkan melaut. Padahal kami berencana menikmati Pulau Putri namun sayangnya ditunda sampai hujan reda. Akhirnya, sekitar pukul 10.00, hujan sudah mulai reda dan kami kembali melaut untuk menuju Pulau Genteng Kecil. Pulau Genteng Kecil ini merupak pulau peristirahatan pribadi milik Adam Malik yang sekarang sudah dipindah tangankan kepada anaknya (saya lupa namanya). Pulau ini benar-benar asri, ditumbuhi dengna pohon ek besar-besar yang rimbun. Ada sebuah rumah peristirahatan yang bagus dan rumah kaca cukup besar untuk pameran sepertinya. Di bagian depan pulau juga ada satu gazebo dan rumah kecil yang isinya hanya kamar. Di sisi sebelah kanan pulau ada pasir putih dengan lautnya yang bening dan berwarna biru muda. Wow, coba saya yang punya pulau ini ya hahaha!


Kami disini hanya sekedar berfoto dan bermain air sebentar dikarenakan hujan turun kembali. Guide menyuruh kami kembali ke perahu dan menuju Pualu Kayu Angin tempat pertama kami pengarahan untuk menepi karena hujan makin besar. Sesampainya disana, hujan malah makin deras. Sebagian dari kami menunggu di dalam rumah penjaga pulau, sebagian lagi bertahan di dermaga. Hampir satu jam kami terjebak. Dinginnya angin laut benar-benar menusuk. Wajah-wajah cemas sudah menyelimuti kami semua. Nggak pernah membayangkan terjebak di hujan sederas ini ditengah lautan. Petir terus menyambar. Hujan tak ada tanda-tanda reda. Akhirnya semua sepakat memutuskan tetap kembali ke Pulau Harapan karena hari semakin siang dan kami tidak ingin ketinggalan kapal ke Jakarta. Dengan menguatkan hati, kami semua menaiki perahu yang sudah basah dengan air hujan. Tetes hujan pelan-pelan membasahi perahu kami. Ombak semakin liar menampar setia.p sisi perahu tersebut. Langit mulai menunjukkan amarhnya. Hingga gelap menyelimuti. Angin laut menusuk setiap inci kulit kami dan hujan besar pun kemudian mengombang-ambingkan kami di tengah lautan luas Semua menggigil kedinginan. Tidak ada suara. Dalam hati saya pun sedikit gelisah. Bagaimana kalau kami tiba-tiba tenggelam atau perahu kami terbalik. Namun, kami semua berusaha menjauhkan pikiran itu. Kami pasrah namun kami menikmatinya.

Ini hanya sebuah perjalanan, pasti ada cerita indah disetiap perjalanan seperti saat ini. Sesampainya di dermaga hujan sudah mulai reda walau masih rintik-rintik. Hati kami makin lega karena berhasil melewati hujan ditengah laut itu. Setelah bilas dan packing, sekitar pukul 13.00, KM Dolphin sudah menjemput kami kembali di dermaga. Enggan rasanya meninggalkan Pulau Harapan. Begitu banyak kenangan singkat disini. Namun, kami tetap harus kembali ke Jakarta. Menyongsong mimpi kami lagi demi mengejar mimpi selanjutnya. Mimpi saya tetap satu, menjelajahi pulau-pulau dan pantai-pantai indah Indonesia lainnya, bagaimana dengan mimpimu?

Breath-taking Rafting at Sungai Cicatih, Sukabumi

Sabtu, 29 Oktober 2011

Tak ada habisnya jika ingin mengagumi Indonesia, negara yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke ini menyimpan begitu banyak ragam budaya dan pesona pariwisata yang patut disandingkan dengan Negara lain. Tak hanya pantai, pegunungan, dan hutan-hutanya yang menarik untuk ditelusuri, bahkan sungai-sungainya pun banyak yang menggoda para wisatwan domestik dan mancanegara untuk ikut menyentuhnya. Saya dan teman-teman saya berkesempatan menulusuri dan menjajal liarnya arus sungi Cicatih di Sukabumi saat ber-arung jeram beberapa waktu lalu.

Perjalanan kami mulai dari Jakarta sekitar akhir Juli yang lalu. Tepatnya hari Sabtu pukul 6 pagi saya dan teman-teman kantor sudah diwajibkan berkumpul di lobby kantor untuk bersama-sama berangkat menggunakan bus carteran. Jam 7 pagi bus berangkat menembus lengangnya Jakarta pagi hari menuju Sukabumi. Waktu tempuh hanya sekitar tiga jam. Namun sayangnya, dua jam itu terpaksa bertambah karena sesampainya di daerah pasar Cibadak, Sukabumi, terdapat kemacetan panjang akibat dari banyaknya perbaikan jalan dan pasar tumpah di hari Sabtu. Alhasil perjalanan kami yang tinggal beberapa menit lagi menuju meeting point arung jeram, harus ditempuh dalam waktu 2 jam! Awalnya perkiraan kami jam 10 sudah sampai, kami baru mendarat di meeting point jam 12 siang.

Sesampainya di meeting point Cinutug, kami langsung disambut ramah oleh operator arung jeram yang sudah cukup lama melayani jasa outbond dan water adventure di Sungai Cicatih ini. Tak perlu banyak bertanya apa namanya, saya bisa melihat sebuah plang nama besar di parkiran meeting point bertuliskan RIAM JERAM – WHITE WATER RAFTING. Yup, operatornya bernama Riam Jeram. Denger-denger sih di sungai ini memang cuma ada satu provider arung jeram, makanya mereka bersaing banget sama provider yang ada di sungai yang bermuara yang sama dengan Cicatih, yaitu Sungai Citarik.
Setelah semua peserta berkumpul di meeting point, tim dari Riam Jeram langsung memberikan arahan untuk mengeluarkan semua barang berharga kami mulai dari dompet, handphone, perhiasan dan lain-lain yang berbahaya jika dibawa saat rafting.


Setelah itu, kami digiring untuk menuju starting point pertama yaitu tempat persiapan pengarungan dengan menggunakan angkot carteran yang khusus disewakan untuk mengantar para peserta. Lucunya kami harus terguncang-guncang selama kurang lebih 30 menit di angkot karena kondisi jalan yang berbatu-batu dan tanjakan terjal. Wuiihh dahsyat banget itu di dalem angkot, saya dan teman-teman saya nggak bisa duduk diam saking hebohnya guncangan angkotnya pas lagi jalan hihihi....belum apa-apa kami sudah dibawa olahraga di dalam angkot nih!

Disko di angkot sambil narsis!

Sesampainya di starting point, Bojongkerta, seluruh peserta langsung diarahkan untuk mengambil safety cap, life jacket dan dayung masing-masing. Setelah itu tim Riam Jeram memberikan arahan dan panduan dalam berarung jeram. Peserta dibagi ke dalam beberapa tim dan mendapat satu guide untuk tiap perahu. Sebelum menuju sungai pengarungan seluruh peserta berdoa dan berfoto bersama dulu, cheers!


Perasaan deg-degan seketika menyulubungi hati saya dan ketiga teman setim saya. Apalagi ini baru pertama kalinya rafting. Sebenernya sih enjoy aja soalnya rame-rame tapi tetep aja ngebayangin jeram-jeram nan seram itu bikin saya merinding. Di awal pengarungan, saat sungai masih berair tenang, guide yang bertugas mengendalikan perahu kami selalu mengingatkan kami akan panduan-panduang saat rafting. Seperti ini misalnya:

Maju : dayung mundur, atau dayung ke arah belakang
Mundur: dayung maju, dayung ke arah depan
Putar : dayung memutar
Boom : semua peserta harus dalam posisi duduk di tengah perahu, biasanya ini untuk
mengantisipasi jatuhnya peserta ke dalam air saat melewat jeram yang sangat curam
Pindah kiri/kanan: seluruh peserta pindah duduk ke kiri atau kanan perahu untuk menyeimbangkan perahu saat perahu hendak dimiringkan saat melewati jeram yang mengharuskan perahu berada di posisi miring.

Wuih, banyak banget peraturan-peraturan yang harus saya hapalkan, termasuk harus tetap memegang tali yang ada di pinggiran perahu agar nggak mudah jatuh saat perahu meloncati jeram. Beberapa menit mengarungi sungai yang aliran airnya bersumber dari Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango ini, kami sudah disajikan dengan pemandangan alam yang indah, deretan tebing hijau di kanan kiri sungai membawa kami semua seolah di negeri antah berantah karena posisi tebingnya yang benar-benar seperti benteng. Sesekali kami mendengar suara burung dan kera yang berlompatan dari pohon ke pohon. 15 menit berlalu guide mengingatkan kami untuk bersiap-siap melewati jeram pertama.

Total jeram yang kami lewati di Sungai Cicatih ini ada 20 jeram, dengan tingkat kesulitan 3-4. Dalam arung jeram, tingkat kesulitan terentang dari grade 1 yang paling mudah sampai 6 yang paling sulit. Dipikir-pikir Sungai Cicatih cukup sulit juga kalau gradenya 3-4. Jam demi jam berlalu, kami sudha melewati beberapa jeram yang masih cukup standar sampai dengan jeram ke-10. Nama-nama jeramnyaam pun cukup unik seperti jeram Asmara, Jeram Blender, Jeram Gigi, dan masih banyak lagi yang sulit untuk say hapalkan. Tingkat kesulitan jeram makin tinggi saat memasuki jeram ke 11 – 20. Adrenalin benar-benar terpacu. Bahkansaya bisa merasakan bagaimana dahsyatnya air mengalahkan perahu sampai perahu kami hampir terbalik! Saya pun melihat perahu-perahu dibelakang perahu tim saya mulai tumbang, ada beberapa peserta yang sudah mulai berjatuhan, tapi semuanya tertawa puas dan senang.







2,5 jam berlalu kami menyudahi pengarungan dan kembali untuk makan siang dan berkemas kembali ke Jakarta. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi saya bisa mengikuti rafting trip ini. Rasanya 21 km pengarungan masih kurang puas. Hati saya menginginkan jeram yang lebih menakutkan lagi. Bahkan teman-teman saya yang awalnya takut, pada ketagihan pengen coba lagi hehehe....Ya suatu hari saya pasti akan kembali lagi atau mengunjungi sungai lain dengan grade jeram yang lebih tinggi. Satu hal lagi yang bisa didapat setelah mencoba extreme sport ini adalah bagaimana cara mengatasi rasa takut kita.



“Rasa takut bukan untuk ditakuti, tapi untuk dihadapi.”

Dan saya sudah berhasil mengalahkan rasa takut saya sendiri dengan berani mengarungi 20 jeram Sungai Cicatih ini. Bagaimana dengan kalian, yummy readers?

Can’t wait to hear your story. Kindly share your experience here. Ciao in next trip!

Leaving

Kamis, 06 Oktober 2011

So….here it is…

Tomorrow you’ll leaving me soon…

I know it’s not the end…

I know it’s just a matter of time…

I know it’s just a matter of long distance that I stand to survive…

I know it’s your dream and my pray for you….

Just promise me that you will come back…

come home….

to our heart’s home….

and promise me that you will also waiting for the time you see my smile that waiting for you also here…

Good luck, my bear…

no matter what the world say, no matter what the distance will suffer,

no matter what happen, you’ve to know….

I’m waiting for you to come, Mr. Waranggana…



With Love….

Miss Khairisa


(2:25 PM - 12 hours before departure)

Best Thing I Never Had

Semuanya seketika jelas saat pembicaraan terakhir kita di chat beberapa waktu lalu...
Bahwa kamu tak pernah menungguku. Bahwa semuanya hanya harapan kosong. Bahwa lagi-lagi aku terlalu bodoh menunggu seseorang sepertimu. Bahwa seharusnya barang yang sudah di buang itu tidak layak dimiliki lagi. Aku memang sudah menerima bahwa kamu sudah pergi sejak lama dan yakin tidak akan pernah kembali. Namun, hanya aku terlalu naif untuk mengakuinya. Untungnya, DIA datang di waktu yang tepat sebelum aku benar-benar tertutup hatinya KARENAMU.

Terima kasih akhirnya semuanya terbuka. Terkuak selebar-lebarnya setelah dua tahun ini. Setelah aku tidak mengerti lagi apa yang sebenarnya aku nanti.

Terima kasih karena akhirnya kamu membuatku sadar bahwa kamu memang bukan yang terbaik untukku.
Terima kasih karena akhirnya kamu juga sadar bahwa aku bukan yang terbaik juga untukmu.

Terima kasih sudah mau menerima rahasia-rahasiaku sebagaimana aku tahu rahasiamu. Semua yang jahat. yang bejat. semuanya sudah aku ikhlaskan.

Cerita kita sudah selesai sejak dua tahun lalu. Dan mulai saat ini semuanya sudah selesai, benar-benar selesai, sangat selesai dari dua tahun kemarin.

Terima kasih karenamu aku tahu bahwa ada DIA yang lebih mencintaiku. Lebih menghargaiku. Lebih segalanya darimu.

Terima kasih untuk tahun-tahun terbaik dan tersulit yang pernah kita lewati.
Terima kasih karenamu aku belajar menjadi wanita paling sabar dan tegar...
Terima kasih karenamu aku belajar menjadi wanita yang mengikhlaskan...
Terima kasih karenamu aku tahu bahwa cinta itu tak perlu ditunggu...
Terima kasih karenamu aku belajar bahwa patah hati itu pasti ada obatnya...
Terima kasih karenamu aku belajar percaya lagi bahwa untuk menghilangkan sakitnya memori lama, maka harus membuat memori baru yang membahagiakan...

Aku sadar kamu bukanlah segalanya. Tuhan memang tak pernah mengizinkan kita sejalan dari awal.
Tuhan tahu kapan tepatnya menunjukkan padaku bahwa kamu sangat tidak patut diharapkan lagi.

Let me say that I'm proud to say that YOU'RE THE BEST THING I NEVER HAD! Like Beyonce said:

Thank God you blew it
I thank God I dodged the bullet
I'm so over you
So baby good lookin' out


I wanted you bad
I'm so through with that
Cause honestly you turned out to be the best thing I never had
You turned out to be the best thing I never had
And I'm gon' always be the best thing you never had
Oh yeah, I bet it sucks to be you right now

So sad, you're hurt
Boo hoo, oh, did you expect me to care?
You don't deserve my tears
I guess that's why they ain't there
When I think that there was a time that I almost loved you
You showed your ass and baby yes I saw the real you


(Beyonce - Best Thing I never Had)

Bahwa akhirnya aku bahagia menemukan sosok penggantimu saat ini. Sangat bahagia dan menikmatinya. Dan aku harap tolong hiduplah di masa depanmu sendiri. Tidak usah kamu tahu masa sekarang dan masa depanku.

Aku mencintainya lebih dari aku pernah mencintaimu.

So sorry and thank you in advance, Mr. Curly....

Hiking at Taman Hutan Raya Ir. Juanda, Bandung

Sabtu, 11 Juni 2011

Selain berwisata kuliner, long weekend awal Juni kemarin saya berkesempatan mengunjungi Taman Hutan Raya Ir. Juanda (THR) yang terletak di daerah Dago Pakar, Bandung. Ini bermula dari batalnya rencana jalan saya dan si bebeb di hari sebelumnya. Akhirnya saya sita dia seharian buat nemenin saya jalan-jalan hihihi. Berhubung dari kemarin trip saya selalu ke pantai, teman main saya di Bandung, Gita, mengusulkan untuk hiking ke THR, hitung-hitung nge-train si Gita sebelum dia melakukan hiking perdananya ke Gunung Gede beberapa bulan ke depan. Akhirnya, saya, si bebeb, Gita dan pacarnya pun berangkat ke THR sekitar pukul 12 siang. Kami menggunakan motor karena mengantisipasi macetnya daerah Bandung Atas di musim long weekend begini. Perjalanan menuju Dago Pakar hanya menempuh waktu 1 jam itupun dipotong berhenti sebentar karena hujan. Sekitar pukul 1 siang kami sampai di depan gerbang THR, sebelumnya kami membayar tiket masuk sebesar Rp. 7.500 saja. Lucky us, hari ini motor diperbolehkan masuk ke areal THR, karena biasanya motor dilarang masuk. Kalau tidak terpaksa kami harus hiking dari depan pintu gerbang deh hahaha gak kebayang!

Memasuki areal depan THR Juanda, kami disambut suasana teduhnya hutan dengan pohon-pohon menjulang tinggi dan besar. Benar-benar sejuk, adem dan menangkan hati suasananya. Di areal ini ada beberapa objek wisata yang jadi andalan, yaitu Gua Jepang, Gua Belanda, Air Terjun Ciomas, dan Air Terjun Maribaya. Sayangnya, jarak antar satu objek wisata dengan objek lainnya berjauhan. Namun, karena rasa penasaran saya pada Air Terjun Maribaya yang katanya terkenal itu, kamipun memutuskan kesana. Sebelum sampai di Maribaya, sekitar 500 m dari pintu gerbang, terdapat gua Belanda. Sayangnya, saya dan teman-teman tidak mampir kesini, soalnya dipikir-pikir hanya menelusuri lorong gelap nan panjang dan nggak ada isinya juga. Lagipula kami mengejar waktu untuk sampai di Maribaya. Motor kami pun menelusuri jalan setapak yang merupakan jalur hiking untuk para hiker menuju air terjun. Untungnya hari ini tidak terlalu ramai. Jadi jalur hikingnya aman untuk dilewati motor. Untungnya lagi kami naik motor, karena trek yang super minim itu benar-benar rusak parah karena habis hujan besar semalam.

Walaupun kami naik motor, ini tidak mengurangi sensai hiking kami. Soalnya lebih seram naik motor di pinggir tebing seperti itu, kalau tergelincir dikit saja bisa dengan mudah jatuh ke jurang. Sepanjang hampir 30km perjalanan kami, kami disuguhkan oleh pemandangan hutan tropis yang subhanallah indahnya. Dengan deretan tebing yang memisahkan dua daerah di Bandung, saya lupa namanya. Konon, katanya jaman Belanda dan Jepang dulu tebing-tebing itu menjadi tembok pertahanan mereka dari sekutu. Deretan sawah dan kebun-kebun terlihat dari jauh, motor kami terus melaju sampai akhirnya kami tiba di area jembatan menuju Air Terjun Ciomas yang mengarah ke Maribaya.


Namun, kami di stop oleh seorang bapak tua yang mengatakan kalau jalan menuju air terjun Maribaya sekarang sudah di bata blok dan di buatkan tangga. Jadi, motor sudah tidak bisa lewat lagi. Wuah, saat itu juga muka kami langsung lesu. Padahal tinggal beberapa kilo lagi. Akhirnya, kami memarkir motor kami dengan penjagaan aman dari si Bapak. Lalu kami melanjutkan perjalanan kami dengan hiking (dipikir-pikir dari awal memang kami sejarusnya hiking sih hehehe). Kami melewati batu-batuan berundak menuju arah Maribaya. Sebelum sampai disasana kami sudah sampai duluan di Air Terjun Ciomas. Wah arusnya deras sekali lho! sayangnya air terjun ini nggak bisa dinikmati langsung, karena letaknya yang memang langsung menjorok ke arah sungai. kami pun hanya bisa menikmatinya di atas jembatan yang berada di tengah-tengah air terjun tersebut.

Sambil menikmati air terjun kami pun berfoto sampai puas hahaha. Bahkan karena ini pertama kalinya double date, kami malah lebih sering berfoto bersama ketimbang menikmati pemandangan alamnya hihihi...Puas foto-foto kami meneruskan perjalanan lagi dan akhirnya sampai di pos perbatasan menuju Maribaya. Ternyata untuk mencapai Maribaya kami harus bayar lagi. Wah, padahal di awal kami bayar tiket katanya itu sudah include ke semua objek wisata. Ckckck ini nih Indonesia, apa-apa dikomersilin. Akhirnya, setelah pikir-pikir, kami nggak jadi lanjut ke Maribaya, karena jam juga sudah menunjukkan pukul 3 sore. Lagipula si bebeb makin penasaran dengan trek menuju Maribaya yang bisa dilalui motor, kali aja masih ada. Siapa tau itu akal-akalan orang setempat aja untuk membiarkan tukang ojek yang boleh lewat. Itung-itung bagi-bagi rejeki deh.



Dengan rasa penasaran makin tinggi, akhirnya kami kembali ke jalur awal dekat air terjun Ciomas. Benar saja ternyata masih ada jalur menuju Maribaya yang seharusnya masih bisa dilewati motor umum, Cuma sekarang di pasang papan hanya tukang ojek yang bisa lewat. Sungguh terlalu! Si bebeb makin penasaran dan akhirnya kita terus aja jalan sampai menuju Lembang, nanggung dikit lagi Maribaya. Di tengah jalan kami berpapasan dengan segeromblan anak SMP yang sepertinya baru saja merayakan kelulusan mereka. Terlihat dari seragam mereka yang penuh coret-coretan. Daaann, mereka semua naik motor dan datang dari arah Maribaya. Wuih, makin senanglah kami jadi ternyata sebenarnya motor umum boleh lewatkan. Buktinya mereka bisa. Akhirnya, kami memutuskan kembali ke bawah untuk ngambil motor kami, supaya lebih cepat sampai di Maribaya.



Namun, ditengah jalan kami menemukan jalur yang sebelumnya belum kami lewati dan jalur itu memang dibuatkan tangga. Hahaha, si bapak tua ternyata nggak membohongi kami. Maaf ya pak, kami bukan nggak percaya, Cuma ingin membuktikan aja kebenarannya. Jadi, memang sebenarnya motor sudah nggak bisa lewat sejak dari area kami bertemu si bapak. Cuma yang kami heran, itu anak-anak SMP yang tadi kok bisa lewat ya? Benar saja, nggak lama kami menemukan anak tangga yang dipaksa dilewati oleh motor, sehingga jebol semua tangganya. Ckckck...anak jaman sekarang kok nggak cinta alam sama sekali ya.

Phiuh, hari makin sore dan gara-gara penasaran kami malah nggak jadi ke Maribaya. Kami memutuskan untuk turun dan cari tempat makan saja di sekitaran Dago Pakar. Yah, walaupun acara hunting air terjunnya nggak kesampean setidaknya kami sudah hiking bersama hehehe...